watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

BERCINTA DENGAN IBU DUKUN

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan
impian bagi sebagian besar orang. Berbagai cara
ditempuh agar bisa lolos tes CPNS. Mengikuti
bimbingan tes CPNS, menyogok, menyewa joki,
sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah
karena putus asa setelah beberapa kali gagal
dalam tes, akhirnya akupun juga memakai jasa
dukun atau orang pintar. Menurut info yang aku
peroleh dari temanku, ada seorang dukun di
pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya
menjadi PNS. Malam itu aku sendirian pergi
mencari rumah dukun itu. Setelah sempat
muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba
di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak
terlihat dari jalan raya.
Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya
pohon-pohon mangga membuat suasana
menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali
mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya
dengan senyum ramahnya membukakan pintu.
“Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sarmi?”
tanyaku kemudian. “Oh iya, saya sendiri. Silakan
masuk, Mas!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa
basa-basi aku segera memperkenalkan diri dan
langsung mengutarakan maksud kedatanganku.
“Ooo, jadi Mas Anang ini juga pengen jadi
pegawai negeri to?” “Iya Bu! Saya juga sudah
membawa sebotol madu murni sebagai syarat,
seperti yang dikatakan teman saya.” Aku
menyodorkan satu botol madu murni kepada Bu
Sarmi. “Kalau begitu, silakan Mas Anang ikut
saya ke dalam!” Bu Sarmi beranjak dari
duduknya sambil membawa botol madu yang
aku berikan tadi.beliau berjalan menuju ke
sebuah kamar di ujung ruangan.
Dari belakang aku membentutinya sambil
memperhatikan gerakan pantatnya yang
membuatku menelan ludah. Sesampainya di
dalam ruangan yang redup itu, Bu Sarmi
menutup pintu dan menyuruhku membuka
pakaianku. “Maaf ya Mas Anang! Tolong
pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di
ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!”
“Semuanya, Bu?” tanyaku malu-malu. Bu Sarmi
tersenyum, “Mas Anang gak usah malu. Anggap
saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-
cita Mas Anang!” Bu Sarmi benar, pikirku. Lagi
pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku
tidak perlu malu lagi. Sementara Bu Sarmi
menyiapkan kelengkapan ritual, aku segera
menanggalkan semua busanaku kemudian
berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu
empuk itu.
Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu
ditangannya , Bu Sarmi datang dan duduk di
sampingku. Sesaat aku sempat melihat Bu Sarmi
mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya
terkesan liar, seolah tengah melihat ayam
panggang yang siap untuk di santap. Dengan
duduk bersimpuh di sampingku, Bu Sarmi mulai
menuangkan madu murni itu ke sekujur
tubuhku. Aku memejamkan mataku saat tangan
lembut Bu Sarmi mulai menyentuh dadaku,
meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut
tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai
menari-nari, meremas-remas dada bidangku,
dan mempermainkan bulu-bulu halus yang
tumbuh di atasnya. Aku menggigit bibirku
sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku
yang bergejolak menuju ke arah pangkal
pahaku. “Mas Anang sudah punya pacar?” tanya
Bu Sarmi memecah keheningan. “Eh, saya baru
menikah enam bulan yang lalu, Bu!” “Ooo…, jadi
masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-
panasnya dong, Mas!” kata Bu Sarmi meledek.
“Ah, Bu Sarmi ini bisa saja!” Tanpa sengaja
tanganku menyentuh lutut Bu Sarmi ketika beliau
memindahkan tanganku yang tadi menutupi
kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya
yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga
pahanya, pikirku.
Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha
mulus itu. Bu sarmi membiarkannya ketika
tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah
melebarkan pahanya. Seolah memberikan
tanganku peluang untuk bergerak menelusuri
paha bagian dalamnya. Darahku semakin
mendidih manakala dengan lincahnya jemari Bu
Sarmi turun ke perutku, membelai bulu-bulu
halusnya dan memijat otot-otot perutku yang
keras. “Wah…, badan Mas Anang kekar juga ya.
Pasti Mas Anang rajin olah raga.” “Ya, tiap pagi
saya usahakan untuk olah raga meskipun cuma
angkat beban atau sit up.” “Ooo…, pantesan adi
Mas Anang gede!” “Maksud Bu Sarmi, adik yang
mana?” tanyaku pura-pura bodoh. “Maksud saya
adik yang ini…..” kata Bu Sarmi sambil meremas
kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa
kaget sekaligus senang dengan perlakuan Bu
Sarmi.
Beliau dengan lembut melumuri kejantananku
dengan madu, kemudian mengocoknya pelan.
“Ooohh…, Bu! Enak…!” aku melenguh nikmat.
Aku juga semakin berani dengan menyingkap
roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan
ternyata Bu Sarmi menanggapi positif tindakanku
itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat
pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal
pahanya. Astaga…! Sekali lagi aku terkejut
sekaligus senang manakala tanganku menyentuh
rambut-rambut halus diantara pangkal paha Bu
Sarmi. Ternyata beliau sudah tidak memakai
celana dalam.
Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir
vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan
jariku. Bu Sarmi bertambah kelonjatan dan
semaikin bersemangat mengocok batang
kontolku. Perlahan lahan batang kejantananku itu
mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik,
Bu Sarmi mulai menjilati sisa-sisa madu yang
menempel di sekitar pangkal pahaku, melumat
buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu
urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.
“Gimana Mas Anang? Enak kan?” tanya bu Sarmi
di sela-sela aksinya. “Ahh.., nikmat banget Bu!
Saya belum pernah merasakan senikmat ini!”
Aku memang belum begitu pengalaman dalam
hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku,
kami hanya melakukan dengan cara
konvensional saja.
Namun kali ini Bu Sarmi memberikan pelajaran
baru yang ekstrim. Terbukti ketika Bu Sarmi
dengan lembut memasukkan ujung penisku ke
mulut mungilnya. “Ooougghh…yeah…enak, Bu!”
nafasku semakin memburu. aku merintih-rintih
nikmat, namun Bu Sarmi masih asyik
mempermainkan kontolku di dalam rongga
mulutnya. Aku juga semakin berani. Kutarik
rokny sampai terlepas.
Bahkan Bu Sarmi juga melepaskan kaosnya
sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda
lagi, ternya bu Sarmi masih memiliki tubuh yang
bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya yang
masih kencang dan montok, serta pantatnya
yang bulat menggemaskan membuatku seolah
ingin mengunyahnya. Oh, sungguh sexy.
“Aahhh…., kontol Mas Anang memang luar biasa
besarnya. Hhhmmmm…., saya memang sudah
lama mendambakan kontol sebesar
ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Bu Sarmi kembali
melumat kejantananku. Kali ini beliau
mengangkangi tubuhku dan menyodorkan
vaginanya tepat ke wajahku.
Dengan naluriku, akku mendekatkan mulutku ke
vagina Bu Sarmi yang merekah merah. Bau
harum yang keluar sangat merangsah syaraf
otakku untuk menjilatnya. Perlahan-lahan
kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan
vaginanya dengan lembut. “Aaaaghhh…!
Yaahhh…, begitu Mas! Jilat terus punya saya….!
Oooghhh…!” Bu Sarmi bertambah semangat
mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.
Sementara tangannya mengocok batang
kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun.
Sesekali beliau menyedo-nyedot ujung kontolku
kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini,
saling menjilat, mengulum dan mengocok
kemaluan masing-masing. Berapa saat
kemudian Bu Sarmi melepaskan kulumannya.
“Gimana, Mas Anang Suka kan?” tanya Bu Sarmi
sambil tersenyum padaku.
Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati
jemari Bu Sarmi yang masih memijit-mijit
batang kontolku. “Berdasarkan pengamatan
saya, kebanyakan orang yang mempunyai penis
besar mempunyai keinginan yang besar pula.
Saya yakin, kali ini Mas Anang pasti akan bisa jadi
Pegawai Negeri.” kata Bu Sarmi menjelaskan.
“Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang
dulu dengan kontol Mas Anang yang besar ini!”
Bu Sarmi mengambil posisi duduk di atas
pahaku. Perlahan-lahan beliau meraih
kejantananku dan membimbingnya menuju ke
gua darbanya yang sudah basah. Dia terlihat
meringis saat ujung penisku mulai memasuki
memeknya yang hangat. Entah karena memek
Bu Sarmi yang sempit, ataukah karena kontolku
yang besar, proses penistrasi itu berjalan dengan
lambat namun nikmat.
Bu Sarmi tampak susah payah berusaha agar
batang kontolku bisa masuk utuh ke dalam
memeknya. Sampai akhirnya… “Aaougghh….,
aduh Mas Anang! Gede banget kontolmu!” tubuh
Bu Sarmi yang mulus tampak berkilat-kilat oleh
cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup
nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang
kontolku terbenam dalam rongga vaginanya
yang sempit. Beberapa saat kemudian Bu Sarmi
mulai beraksi.
Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada
bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya
naik turun. “Aaaahhh…, aahhhh…, ooougghh…!”
Aku mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku
memegang pinggul Bu Sarmi untuk mengatur
gerakan naik turunnya. Sesekali tanganku juga
merayap naik, menggapai dua buah benda
kenyal yang melambai-lambai indah seiring
dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan
liar Bu Sarmi menghentak-hentakkan pantatnya,
meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular
betina yang tengah membelit mangsanya.
Terkadang beliau juga membuat goyangan
memutar pantat sehingga jepitan vaginanya
terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di
pelintir dan dipijit-pijit di dalam lobang
kenikmatan itu. Terasa hangat dan nikmat.
Semakin lama gerakan Bu Sarmi semakin liar tak
terkendali.
Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam
dan mentok sampai dinding terdalam rongga
vaginanya. Nafas kami juga semakin memburu,
seperti bunyi lokomotif rua yang berjalan
dengan sisa-sisa tenaganya. “Oh, Mas Anang…,
saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Arrrgghhh….!”
Bu Sarmi menjerit nikmat berbarengan dengan
muncratnya magma panas dari dalam
rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat
dadaku. Seolah ingin menancapkan kuku-
kukunya ke dalam dada bidangku. “Ooohhh…,
sebentar lagi Bu! Saya juga sudah mau keluar…,
ooohhh…yeaahhh….!” Aku juga mempercepat
gerakanku. Meskipun Bu Sarmi terlihat lelah,
namun aku masih bisa menopang tubuhnya dan
menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke
bawah. Beberapa menit kemudian, aku
merasakan batang kontolku semakin
mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Aku
segera mempercepat gerakanku.
Ku hentak-hentakkan tubuh Bu Sarmi. Bunyi
berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai
akhirnya….. “Saya…, keluar Bu! Oogghhh…!” aku
mengerang nikmat bersamaan dengan
menyemburnya spermaku di dalam rongga
kenikmatan Bu Sarmi. Seketika tubuhku lemas.
Aku sudah tak mampu lagi menopang beban Bu
Sarmi yang berada di atas tubuhku. Beliau
ambruk menindih tubuhku sementara batang
kejantananku masih tetap menancap di
vaginanya yang hangat. Dalam hati aku kagum
dengan wanita ini. Beliau telah memberikan
pengalaman baru dalam bercinta. Belum pernah
aku merasakan senikmat ini dalam berhubungan
sex. “Mas Anang memang benar-benar hebat!”
kata Bu Sarmi sambil membelai bulu-bulu halus
di dadaku. “Ibu juga hebat! Belum pernah saya
sepuas ini, Bu!” Aku mengecup kening beliau dan
membelai rambutnya yang terurai panjang. Tak
berapa lama kemudian akupun terlelap dalam
dekapan hangat Bu Sarmi.
Entah sudah berapa lama aku terpejam, ketika
aku merasakan sesuatu yang merayap di atas
perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut.
Perlahan aku membuka mataku, ternyata Bu
Sarmi tengah asyik menciumi, menjilati dan
melumat permukaan kulit perutku. “Aahhh…, Bu
Sarmi masih pengen nambah lagi?” desahku
pelan. Bu Sarmi tersenyum manja, “Habis…,
kontol Mas Anang guede sih! Siapa sih yang gak
ketagihan ama kontol segede ini!” “Ah, Bu Sarmi
ini bisa aja!” aku hanya merem melek, menikmati
tangan beliau yang bermain main nakal di
selangkanganku. Dengan lembut Beliau
membelai kejantananku dan mengurut-urutnya
dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat
memang.
Bu Sarmi bertambah antusias ketika batang
kontolku mulai membesar dan mengeras. Dan
dengan rakus, Bu Sarmi mulai menjilatinya,
melumat dan mengocok kejantananku dengan
mulut mungilnya. “Aaahhh…, aaahhh…, enak Bu!
Oohhh…!” aku hanya bisa mengerang keenakan.
“Hhhhmmm…., Mas Anang mau yang lebih
enak lagi?” tanya Bu Sarmi menggoda. “Emang
ada yang lebih nikmat, Bu?” “Coba Mas Anang
berdiri!” aku menuruti perintah Bu Sarmi.
Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat,
aku berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Bu
Sarmi yang berlutut di hadapanku tampak
memandangi batang kejantananku yang sudah
berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Bu
Sarmi meraihnya dan mengocoknya dengan
lembut.
Ku kira beliau akan memasukkan batang
kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyat tidak.
Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan
batang kontolku di permukaan buah dadanya
yang lembut. “Oohhh….yaaahhh! Enak banget
Bu!” “Ini masih belum seberapa, Mas! Coba Mas
Anang rasakan yang ini…” Bu Sarmi menggeser
batang kontolku dan menyelipkannya di antara
belahan buah dadanya. “Sekarang, coba
ayunkan pantat Mas Anang!” Aku menurut saja.
Perlahan-lahan aku mengayunkan pantatku maju
dan mundur, sementara Bu Sarmi menekan-
nekan buah dadanya ke dalam sehingga batang
kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya
yang kenyal. “Oouuhhh…! Bu Sarmi memang
benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-
benar luar biasa, Bu!” aku mendesah-desah
nikmat.
Susu Bu Sarmi yang menekan-nekan kontolku
membuat diriku serasa melayang. Lama juga
kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Bu
Sarmi memintaku untuk segera menuntaskan
permainan itu. “Aahhh…, Mas Anang! Ibu sudah
kepengen banget nih!” rengek bu Sarmi. Beliau
melepaskan jepitan susunya dan kemudian
mengambil posisi seperti orang sedang
bersujud. Meskipun aku masih belum begitu
pengalaman, namun aku sudah pernah melihat
posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-
lahan aku membimbing kejantananku yang
sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan
Bu Sarmi yang menganga dari belakan. Bu
Sarmi tampak menggigit bibir sendiri ketika aku
mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di
bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan
masukin dong Mas!” rengek Bu Sarmi. Pelan-
pelan ku tusukkan ujung kejantananku ke arah
vagina bu Sarmi yang memerah. “Aahhhh…!”
aku melenguh nikmat.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Bu
Sarmi masih memiliki memek yang seret lagi
keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah
ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih
ketika seluruh batang kontolku tertanam dan
terhisap di dalam rongga memeknya. Sesaat aku
membiarkan kontolku tertancap. Kemudian,
pelan tapi pasti aku mulai mengayunkkan
pantatku maju mundur. “Aaaahhhh…,
yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Mas
Anang, Ooohhh…!” Bu Sarmi mengoceh tak
karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau
juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu
saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami
bermain dalam posisi doggy itu, sampai
akhirnya Bu Sarmi terlihat sangat lelah. “Aduh…,
Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang!
Ooohhh…!” Aku mencabut penisku, sedangkan
Bu Sarmi terguling ke samping dan terkapar
dengan tubuh bersimbah keringat.
Buah dadanya yang montok tampak naik turun
seiring dengan deru nafasnya yang terengah-
engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat,
akupun mulai melanjutkan aksiku. Ku
bentangkan kaki Bu Sarmi kesamping, ku angkat
kaki kanannya dan ku letakkan di atas bahuku.
Perlahan-lahan ku tarik pinggang Bu Sarmi dan
ku arahkan batang kontolku menuju gua
darbanya yang menganga, dan sleeeep…!
Kembali kejantananku tertanam dalam lobang
hangat itu. “Aduuhh…, pelan-pelan dong
sayang!” rintih Bu Sarmi. Kembali aku ayunkan
pantatku perlahan-lahan namun pasti.
Bu Sarmi yang berada di bawahku tampak
kelonjatan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika
aku membercepat ayunanku dan menekan kuat-
kuat batang kontolku ke dalam rahimnya. Beliau
hanya bisa mengerang nikmat sambil
mencengkeram kuat-kuat lenganku yang sesekali
meremas-remas buah dadanya. “Iyaah…aaghhh!
Terus sayang…yahhh…yaahh…oouug ghhh….!”
Bu Sarmi mengoceh tak karuan. Namun aku
tidak menghiraukannya. Aku terus memompa
tubuhku dengan gerakan mengorek-ngorek
lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku
semakin liar. “Ooohh…, Mas! Saya sudah nggak
sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau
keluarrr….!” Aku merasakan dinding-dinding
vagina Bu Sarmi mengerut dan berdenyut-
denyut, mencengkeram dan meremas-remas
batang kontolku dari dalam. Semakin lama
kedutan vagina Bu Sarmi semain cepat, hal yang
sama juga terjadi padaku. Batang kontolku
sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut.
Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Aku keluar
lagi Mas!” Bu Sarmi menjerit puas.
Aku semakin mempercepat gerakanku,
mengoyak-ngoyak isi vagina Bu Sarmi. Namun
ssebelum spermaku keluar, aku segera
mencabut penisku. Sambil mengocoknya
dengan tanganku, aku menyodorkan batang
kontolku ke bibir Bu Sarmi yang terbuka. Aku
semakin mempercepat kocokan tanganku
sampai akhirnya….
“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghh h…!” Crot…crot…
croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali
ke mulut Bu Sarmi. Tanpa rasa jijik beliaupun
menelan spermaku, kemudian menjilati sisanya
yang masih menempel di batang kontolku.
Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah
rontok. Dan akupun terkapar di sisi Bu Sarmi.
“Oh, Mas Anang benar-benar perkasa! Terima
kasih ya Mas!” aku memeluk tubuh Bu Sarmi dan
mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum
puas sambil meletakkan kepalanya di atas dada
bidangku dan mengusap-usap bulu-bulu halus
di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi Pegawai
Negeri, Bu Sarmi mau minta apa?” tanyaku
kemudian. Bu Sarmi bangkit dan duduk
bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-
apa kok, Mas!” beliau tersenyum, “Mas Anang
tidak perlu membelikan saya apapu! Saya cuma
minta ini…..” Bu Sarmi meraih penisku yang
terkulai tak berdaya.
Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya
yang lentik. “Maksud Bu Sarmi?” tanyaku tidak
mengerti. “Kalau Mas Anang berhasil jadi PNS,
saya cuma ingin Mas Anang mengunjungi saya
setiap seminggu atau dua minggu sekali untuk
memberi saya jatah punya Mas Anang yang
besar ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-
sisa sperma yang masih lengket di batang
kontolku. “Ah, kalau itu sih gampang! Dengan
senang hati saya akan selalu siap melayani Ibu!”
Mendengar jawabanku Bu Sarmi kegirangan.
Dan beliau kembali mengguguah birahiku
dengan memberikan kuluman dan kocokan di
batang kontolku.
Beberapa minggu kemudian akhirnya aku benar-
benar lolos menjadi PNS. Dan setelah
dilaksanakan pelantikan, aku memenuhi janjiku
kepad Bu Sarmi. Setiap kali ada kesempatan, aku
selalu berkunjung ke tempat Bu Sarmi. Tentu
saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama
berhubungan dengannya, beliau masih saja
mengakui kejantananku.


Adult | GO HOME | Exit
1/3446
U-ON

inc Powered by Xtgem.com